PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN - Hallo sahabat Bahan Ajar Sekolah, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. Mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini ada manfaatnya. Baiklah, selamat membaca.

Judul : PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Link : PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN


PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN



Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
 Sosiologi Antropologi Pendidikan
Program Studi PGSD




Oleh: Kelompok IX
1.     Ariska Sufitri
2.     Rizki Ayu Fauziyyah
3.     Muhammad Zaid




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
BANGKA BELITUNG
2015


KATA PENGANTAR


Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pendekatan dan Teori Sosiologi Antropologi Pendidikan meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterimakasih pada Ibu Vika Martahayu, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Antropologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

            Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pendektan Sosiologi Antropologi Pendidikan, dan juga Teorinya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon  kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bangka Tengah, Agustus 2015

Penulis


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Teori Pendekatan Sosiologi Pendidikan..................................... 3
2.2. Teori Pendekatan Antropologi Pendidikan................................ 8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 12
  


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang memfokuskan kajiannya pada relasi dalam masyarakat. Ilmu ini lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang relatif baru, berkembang di awal abad 20 dan mengalami hambatan dalam perkembangannya, karena dianggap dapat dipelajari atau merupakan salah satu sub dalam pembahasan sosiologi. Sosiologi pendidikan merupakan interpretasi dan aplikasi salah satu aspek sosial yaitu pendidikan.  
Sedangkan, antropologi merupakan suatu ilmu yang memahami sifat-sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis berdasarkan konsep-konsep dan pendekatan antropologi. Antropologi pendidikan dihasilkan melalui teori khusus dan percobaan yang terpisah dengan kajian yang sistematis mengenai praktek pendidikan dalam perspektif budaya, sehingga antropologi menyimpulkan bahwa sekolah merupakan sebuah benda budaya yang menjadi skema nilai-nilai dalam membimbing masyarakat.
Sosiologi dan antropologi merupakan dua hal yang tidak dapat terpisahkan. Hal ini dapat dibuktikan bahwa objek kajian sosiologi adalah masyarakat, dan kita juga tahu masyarakat sudah pasti berkebudayaan, namun perlu diingat antara masyarakat dan kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan erat. Dalam hal ini masyarakat menjadi kajian pokok sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi.
Sosiologi dan antropologi pendidikan merupakan dua hal saling berkaitan satu dengan yang lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga sangat penting kaitannya dengan masyarakat dan pendidikan.

1.2 Rumusan masalah
            Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa sajakah teori tentang pendekatan sosiologi pendidikan?
2.      Apa sajakah teori tentang pendekatan antropologi pendidikan?

1.3 Tujuan penulisan
1.      Menjelaskan teori-teori tentang pendekatan sosiologi pendidikan
2.      Menjelaskan teori-teori tentang pendekatan antropologi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Teori-teori pendekatan Sosiologi Pendidikan

 Menurut Parelius (1978),terdapat dua paradigma konseptual yang masing-masing memiliki ciri-ciri yang kontras dan telah banyak digunakan ahli sociology of education. Para pengikut dari kedua pemikiran tersebut telah mengakui keunggulan masing-masing paradigma dan keduanya memiliki kontribusi yang berarti dan penting bagi perkembangan pendekatan sosiologi dalam membahas pendidikan.paradigma tersebut merujuk kepada teori konsensus dan teori konflik.secara historic,pendekatan consensus sangat dominan dan tidak hanya digunakan pada studi sosiologi untuk aspek-aspek sosial lainnya.akhir-akhir ini terdapat pula perhatian pada penggunaan perpektif konflik dalam mengkaji pendidikan,dan memperbaharui pemahaman ketidakgunaan dari pendekatan ini dalam membahas pendidikan.walaupun secara actual para ahli menggunakan kedua pendekatan tersebut dalam setiap kajiannya,bahkan kadangkala terjadi ketimpangan satu sama lain,tetapi elemen-elemen kunci kedua pendekatan teori tersebut masih membedakan dari aplikasi kedua pemikiran teoritis.
            Ballantine,menambahkan satu jenis pendekatan teori dari pendapat parelius, sehingga ia mengungkapan dalam tulisannya bahwa minimal tiga teori penting yang popular digunakan dilingkungan ahli sosiologi pendidikan.Teori pertama dan kedua memfokuskan pada perbedaan pandangan dalam membahas cara masyarakat melahirkan tingkah laku.sedangkan teori ketiga berkaitan dengan interaksi dalam situasi sosial tertentu.ketiga teori ini memiliki “Tingkat analisis” yang berbeda.ballantine menyebutnya dengan teori fungsional,konflik dan interaksi.teori fungsional dan konflik memiliki tingkat analisis makrokosmik yang membahas relasi sosial dan kultur sekolah(dalam konteks system sosial  dan kultural pada masyarakat luas).sedangkan teori interaksi memusatkan pada tingkat analisis skala kecil tentang interaksi diantara individu dalam kelompok kecil.ruang lingkup pembahasan aplikasi teori-teori tersebut dalam system pendidikan dapat diikuti pada pembahasan berikut.

Ø Teori Fungsionalisme
Istilah fungsionalisme diambil dari pendekatan teori yang digunakan dalam sosiologi yaitu fungsionalisme, juga merujuk kepada teori Struktural-Fungsionalisme, Konsensus, atau Teori Equilibrium. Ahli Sosiologi menggunakan pendekatan teori ini diawali dengan asumsi bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalamnya seperti pendidikan merupakan bagian masyarakat yang saling berketergantungan satu sama lain, masing-masing memberikan kontribusi kepada yang lainnya dalam mengoprasikan kegiatan sesuai dengan fungsi yang dimiliki dalam masyarakat.


A.Teori fungsional
Teori ini memfokuskan studinya pada pernyataan pokok tentang struktur dan fungsi organisasi. Sebagai contoh, ahli sosiologi menggunakan pendekatan teori ini untuk mengkaji pendidikan yang memusatkan perhatian pada struktur bagian pada organisasi seperti sub-sistem dan posisi tujuan pokok system pendidikan tersebut. Ahli sosiologi mengkaji dan menjelaskan kejadian-kejadian tersebut dari perspektif  teori dan memandang bahwa hal tersebut merupakan fungsi pendidikan pada masyarakat. Sejak anak belajar untuk menjadi anggota  masyarakat dan mengembangkan nilai sosial yang cocok untuk berhubugan dengan yang lainnya, sekolah merupakan tempat belajar yang sangat penting bagi anak. Pendapat Durkheim, ahli-ahli sosiologi memandang bahwa sekolah merupakan lembaga transmisi moral dan pendidikan persiapan kerja, disiplin, serta nilai-nilai penting untuk menjaga kelangsungan hidup pada masyarakat.
Masalah yang sering di temukan sebagai kritikan untuk pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini cenderung mengakui terpusatnya sejumlah kepentingan, ideology, dan konflik kepentingan kelompok dalam masyarakat. Masalah kedua adalah bahwa sulitnya menganalisis interaksi individual dari prespektif ini. Hal yang berkaitan dengan kritikan ini bahwa pendekatan fungsional tidak mempunyai perhatian pada “isi” proses pendidikan, tetapi banyak berfokuskan secara ekslusif pada struktur. Sebagai tambahan, hal ini dibangun oleh asumsi tentang perubahan. Perubahan itu terjadi secara perlahan-lahan dan disengaja serta tidak mengganggu system, walaupun hal ini tidak selamanya benar untuk seluruh situasi.

B.     Teori Konsensus
Teori ini meyakini bahwa masyarakat terdiri dari berbagai macam aspek  yang memilki jenis, dan fungsi yang berlainan,akan tetapi setiap aspek mempunyai ketergantungan dan saling memberikan sumbangan atau dukungan untuk menjaga keseimbangan dan ketangguhan system social secara menyeluruh.manakala ditemukan gangguan pada satu aspek atau bagian dari system social tersebut ,atau bahkan mengancam untuk menghancurkannya,maka aspek-aspek lainnya memberikan reaksi yangmembawa  system kembali kepada keseimbangan semula.kita sebagai masyarakat selalu menyesuaikan pada lingkungannya,memelihara penampilan sikap dan tingkah laku,melahirkan perbuatan yang sesuai dengan yang di akui lingkungan,menjaga nilai dan aturan sehingga tidak menyimpang dari hal-hal yang sudah disepakati masyarakat.karena apabila ia menyimpang dari kesepakatan-kesepakatan tersebut akan mendapat sanksi dari anggota masyarakat lain.bahkan sanksi tersebut tidak saja kena hanya kepada orang yang berbuatnya,akan tetapi dikenakan pula kepada tidak saja kena hanya mempunyai kaitan dengan dirinya.
Tetapi analog di atas tidak harus dilebih-lebihkan,karena lembaga social tidak sama dengan bagian-bagian biologis.tingkah laku manusia bersifat tertutup dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.kita dapat berpikir  menyeluruh,dan pikiran kita selalu dipengaruhi oleh persepsi tetang dunia di sekitar kita,sikap,dan nilai-nilai yang kita pahami dan terima.hasil pertimbangan pemikiran yang diputuskan melahirkan tingkah laku.teori consensus meyakn bahwa masyarakat tidak dapat survive tanpa kontribusi nilai bersama. Oleh karena itu,kebersamaan dalam memberikan urunan memiliki ciri yang pokok dalam melahirka kesepakatan dihindari oleh teori ini adalah kurangnya perhatian terhadap kepercayaan dan minat kebersamaan.

Ø  Teori konflik
Kalau teori consensus memusatkan pada integrasi fungsional, core values, dan stabilitas sosial. Teori konflik memusatkan perhatian pada paksaan yang terjadi pada masyarakat dan berpengaruh pada perubahan sosial. Pada teori konflik, kekuasaan perjuangan merupakan dinamika pokok dala kehidupan sosial. Pada satu aspek, masyarakat disatukan oleh kelompok sosial yang menuntut kerjasama dari pihak yang memiliki kekuatan; pada pihak lain, masyarakat tak henti-hentinya berubah dan dalam situasi yang membahayakan kemudian diintegrasikan. Melalui usaha integrasi inilah lahirnya kelompok elit baru untuk menggantikan kelompok lama. Teori konflik memandang system sosial terbagi kedalam kelompok dominan dan kelompok bawahan. Hubungan diantara kelompok ini menunjukkan bahwa kelompok bawahan diekploitasi oleh kelompok dominan dalam menentukan keseluruhan atau kebanyakan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat. Kelompok dominan menetapkan nilai diri dan pemandangan dunia bagi kelompok bawahan. Kelompok bawahan memperoleh ancaman yang konstan untuk berada dalam stabilitas system, sedangkan kelompok dominan selalu bersiap-siap menjaga posisinya, melalui kegiatan pemeliharaan pengawasan, mengkreasikan cerita-cerita yang mengsahkan posisinya, membentuk kekuatan untuk memaksa aggota kelompok bawah, “meghembuskan” pertentaangan atau bahkan sampai menggunakan kekuasaan fisik. Dalam beberapa kasus, system tidak dapat stabil selamanya, dan akhirnya kekerasan meledak sehingga system dihancurkan, dan lahirnya masyarakat baru.
Ballatine memandang pendekatan dari teori ini didasakan atas asumsi bahwa ketenangan dalam masyrakat diciptakan oleh adanya kompetisi kepentingan individu dan kelompok.ia dipengaruhi oleh tulisan Karl Mark dan Max Webber,bahwa dalam masyrakat terdapat kompetisi kepentingan antara “The Haves” dan “ The Have Nots” yang mengarahkan kepada kestabilan dalam mengajar kemungkinan perjuangan hidup.
        Orang-orang “ The haves” selalu menguasai berbagai macam kepentingan kehidupan,sedangkan “The Have Nots” selalu mempertahankan diri untuk tumbuhnya kesejahteraan. perjuangan ini memperkuat penetapan struktur dan fungsi organisasi dan tingkatan yang mngembangkan kekkuatan relasi. ”The Haves” sering menggunakan kekuatan paksaan dan manipulasi untuk menguasai masyarakat secara luas,tetapi perubahan kadang kal tidak dapat dihindari dan kadang-kadang berjalan secara cepat,hal ini menunjukan bahwa konflik kepentingan mengarah kepada tumbangnya keberadaan struktur kekuatan. 1


Text Box: 1 Eliza Ebbe, Pendekatan dan Teori Sosiologi Antropologi Pendidikan. Dalam (http://www.academia.edu/3753183/Pendekatan_dan_teori_sosiologi_antropologi_pendidikan. Diakses tanggal 11 September 2015) 



Ø  Teori interaksi
Pada pendekatan teori ketiga ini memandang bahwa sosiologi mempunyai perhatian pada interaksi yang terjadi diantara individu dengan individu lainnya. Setiap individu memberikan sumbangan budaya dalam usaha menjabarkan dan menetapkan lembaga-lembaga social dalam cara-cara yang sama akibat dari kesamaan sosialisasi pengalaman dan harapan. Oleh karena itu, kesempatan norma menjadi dasar bagi setiap individu untuk mengembangkan dan membimbing peralihan tingkah laku, meski pada kenyataan sehari-hari kita dapat memungkiri adanya perbedaan individual mendasari pada pegalaman,kelas social,dan status
Pendekatan teori interaksi telah berkembang sejak PD II,dan menekankan pada perkawinan pendekatan social psikologi. Para ahli sosiologi pendidik menggunakan pendekatan ini dalam memperhatikan interaksi individu dalam kelompok : Kelompok berteman, guru siswa, guru dan kepala sekolah, yang memiliki dampak teradap sikap dan kemampuan siswa pada nilai siswa, pada konsep dari siswa dan pengaruhnya terhadap aspirasi; dan pada status social ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan siswa.
Lebih jauh, bahwa teori ini menekankan pada pemahaman pandangan pikiran sehat terhadap realitas, bagaimana kita memandang peristiwa dan situasi disekitar kita dan mereaksinya sebagaimana kita berbuat. Aplikasinya kepada pendidikan diwujudkan dalam bentuk kajian proses interaaksi didalam kelas, pengelolaan dan penggunaan pengetahuan, pertanyaan tentang apakah hal itu diajarkan, materi kurikulum dan hal lainnya. Teori ini didasari oleh pemikiran tentang interaksi simbolik, ethnomethodology, dan phenomenology, yang dilandasi suatu pemikiran bahwa pendekatan alternative secara radikal dalam sociology of education dibutuhkan apabila kita mengharapkan pemahaman sistem pendidikan sesuai realitas.
Interaksi simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu pendekatan sosiologis oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead, yang berpandangan bahwa manusia sebagai individu yang berpikir, berperasaan, memberi pengertian kepada setiap keadaan, dan melahirkan reaksi dan interpretasi terhadap setiap rangsangan yang dihadapinya. Etnometodologi merupakan kajian yang berkaitan dengan metode-metode yang dipakai individu dalam melahirkan interaksi dengan individu lainnya. Fenomenologi memiliki kesamaan dengan interaksionisme simbolis, bahkan memiliki landasan asumsi yang sama. Fenomenologi mempelajari perolehan, makna dan interpretasi pengetahuan atas kesadaran, serta interaksi individu.





2.2  Teori-teori pendekatan antropologi pendidikan

Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori diantaranya:
1.      Pendekatan teori antropologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya yang ditujukan bagi perubahan sosial budaya
2.      Pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat
Keduanya akan diuraikan dalam pembahasan selanjutnya.
             
Teori antropologi pendidikan yang diorientasikan pada perubahan sosial budaya dikatagorikan menjadi empat orientasi, yakni:
1.      Orientasi teoritik yang fokus perhatiannya diarahkan pada keseimbangan budaya secara statis. Teori ini merupakan bagian dari teori-teori evolusi dan sejarah
2.      Orientasi teori yang memandang adanya keseimbangan budaya secara dinamis. Teori-teori ini menjadi menyempurna teori sebelumnya yakni orientasi adaptasi dan tekno-ekonomi yang menjadi andalannya
3.      Orientasi teori yang melihat adanya pertentangan budaya yang statis dimana sumber teori dating dari rumpun teori structural
4.      Orientasi teori yang bermuatan pertentangan budaya yang bersifat global dibangun atas gejala interdependensi antarnegara dimana teori multicultural masuk didalamnya

Kelompok teori yang memandang perubahan budaya dipandang dalam tiga teori, yakni:
1.      Fungsional
2.      Evolusionisme
3.      Sejarah

Linton Freman (dalam Kaplan:2000:49) menyebutkan: “semua mazhab ini, evolusi, fungsional, dan sejarah budaya menyatakan hipotesis yang sama, tetapi dengan bahasa yang berbeda. Asumsi metodologisnya memang berbeda namun bila kita cermati hipotesisnya telah menghilangakan konflik. Semuanya menjadi selaras, yakni menjadi teori tunggal dalam melihat proses dan bentuk perubahan sosial budaya.
E.B.Tylor sebagai tokoh evolusionisme memandang, perubahan kebudayaan akan berjalan dari tahap yang sederhana ke tahap yang lebih kompleks. Pikiran ini diadaptasi dari teori bioogi(sains) yang digemari pada masanya. Sementara, Robert K.Merton (fungsionalisme) memandang kebudayaan dengan bagian-bagiannya memiliki fungsi tertentu. Hubungan antar bagian itu membentuk keteraturan. Apabila salah satu tidak berfungsi, maka akan melahirkan disfungsi, sehingga akan mengganggu fungsi kebudayaan yang pada dasarnya menciptakan keteraturan suatu masyarakat.

Sama halnya dengan evosionisme, kaum sejarawan budaya memandang keuniversalan. Seperti antropolog Amerika Frans Boas memandang pendekatan sejarah diartikan sebagai upaya mencari tipe budaya yang memperhitungkan aspek lingkungan, factor psikologis dalam kaitannya dengan sejarah. Dalam konteks sejarah masing-masing unsur sangatlah rumit mengingat adanya pelibatan penyebaran dan pengambilalihan ciri psikologis budaya lainnya.
Pendekatan filsafat dan teori pendidikan yang dikembangkan oleh ahli secara garis besar dibagi dalam empat kelompok filsafat pendidikan yaitu idealisme,  realism, pragmatisme dan eksistensialisme. Empat kelompok ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kecenderungan, yaitu authoritarian dan nonautoritarian.kelompok authoritarian memiliki ciri umum,yakni:
1.      tujuan pendidikan yaitu memberikan pelatihan kepada pemuda agar memperoleh kemampuan intelektual dalam mengembangkan hidup;
2.      mastery dalam menguasai fakta dan informasi;
3.      setiap peserta didik akan mampu belajar menguasai materi tertentu sampai tahapan tertentu bila pembelajaran dilakukan secara seksama;
4.       perhatian utama pada hasil test:
5.      Penahapan dalam kecakapan,akuntabilitas,strategi pembelajaran yang konvensial;
6.      Konvergen dalam berpikir,satu jawaban untuk satu pertanyaan yang harus dimiliki jawabannya oleh guru.

Adapun kelompok non-autoritarian memiliki ciri utama yaitu :
1.      Otak manusia bukan urat yang dapat dikembangan;
2.      Umat manusia adalah pemecah permasalahan yang dapat mengambil manfaat dari pengalaman;
3.      Penekanan akan pentingannya individu dan kesadaran mengenai kepribadian
4.      Minat berkembang bersamaan dengan proses penemuan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik;
5.      Pemikiran yang divergen,terdapat sejumlah kemungkinan dalam memberikan jawaban terhadap sebuah pertanyaan dan siswa memiliki kemungkinan dalam menjawab setiap pertanyaan.
Terdapat hubungan yang erat antara filsafat dengan teori pendidikan. Hubungan keduanya yaitu:
1.      Teori pendidikan merupakan aplikasi dari filsafat pendidikan;
2.      Teori mengarahkan pada pengorganisasian kurikulum;
3.      Teori mengarahkan pada makna pembelajaran;
4.      Teori dan filsafat menjadi dasar dari ciri lingkungan pembelajaran;
5.      Teori dan filsafat menjadi dasar dari tingkatan kelas dan pengujian;
6.      Teori dan filsafat berbeda atau satu sekolah dengan sekolah lain dan berbeda untuk setiap Negara.
Adapun teori pendidikan dikelompokan atas  esensialisme, behaviorisme, progresivisme, rekonstrukionisme dan humanism.Beberapa ciri utama dari teori ini yaitu :
1.      Esensialisme dan Perenialisme, memiliki prinsip keberanan bersifat eksternal,menentukan segala hal dan ide yang besar dapat berkembang akan tetapi tetap konsisten;
2.      Behaviorisme, perilaku menentukan manusianya,pendidikan merupakan proses dimana guru sebagai pengontrol utamanya;
3.      Progresisvisme, menekankan pada pentinganya murid,pendidikan merupakan proses untuk menemukan dan memecahkan masalah;
4.      Rekonstruksionisme, menekankan pada pengembangan keteraturan sosial dan memiliki tujuan untuk melakukan perubahan masyarkat,dan;
5.      Humanisme, menekankan pada kebaikan internal dari siswa dan pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan individu.



Masing-masing teori memiliki ciri sendiri dalam proses pembelajaran.secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut : idealisme memiliki ciri dalam pendidikan,yakni :
1.      Focus dalam belajar,menekankan pada mata pelajaran litelatur,sejarah ,filsafat dan agama ;
2.      Tujuan kurikulum,pendidikan untuk semua;
3.      Metode pengajaran,ceramah dan diskusi;
4.      Ciri pengembangan bersifat imitasi;
5.      Pengembangan keindahan belajar mengenai ahli dalam pekerjaan dan penurunan nilai nenek moyang.

Aliran filsafat realism memiliki ciri utama :
1.         Focus  dalam belajar,menekankan penguasaan mata pelajaran fisik,matematik dan ilmu pengetahuan;
2.         Tujuan kurikulum,menguasai alam semesta;
3.         Metode pengajaran,menguasai informasi,ceramah,penugasan dan demonstratsi;
4.         Ciri pengembangan pengusahaan aturan;
5.         Pengembangan keindahan mempelajari desain alam.aliran prgaramatisme berciri:
a.       Focus dalam belajar,menekankan pada pengalaman sosial;
b.      Tujuan kurikulum,menciptakan keteraturan sosial;
c.       Metode pengajaran,pemecahan masalah dan membuat proyek pengembangan;
d.      Ciri pengembangan pembuatan pemecahan kelompok dengan memperhatikan akibatnya ;
e.       Pengembangan keindahan partisipasi dalam proyek seni yang didasarkan pada pertukaran budaya dan nilai universal.

Sedangkan aliran eksistensialisme,memiliki ciri dalam pembelajaran:
1.      Focus dalam belajar,menekankan pada mata pelajaran yang berorientasi pada kemampuan memilih.
2.      Tujuan kurikulum,kebebassan dan pengembangan pribadi;
3.      Metode eksplirasi dan diskoveri;
4.      Ciri pengembangan mengembangkan tanggung jawab;
5.      Pengembangan keindahan pandangan pribadi mengenai semesta alam,aktivitas atas dasar keinginan diri.selanjutnya dilihat dari hubungan antara filsafat dengan teori pendidikan terdapat kaitan:
a.       Idealisme memiliki kaitan dengan perenilisme dan esensialisme;
b.      Realism memiliki kaitan dengan behaviorisme dan positivisme;
c.       Pragmatism memiliki kaitan dengan progresivisme dan;
d.      Eksistensialisme memiliki kaitan dengan humanisme dan rekonstruksionisme.

Lebih jauh ciri perelialisme dari tiap teori berpandangan bahwa :
1.         Prisnsip pengetahuan selalu baru,keabadian;
2.         Penekanan pada ide yang besar,pekerjaan besar dan kemampuan untuk memberikan sejumlah alasan;
3.         Pemikiran harus dipelihara dengan selalu melakukan jalinan dengan ide;
4.         Kebenaran terdapat pada alam dan bukan pada aspek perasaan dari benda.pada focus belajar tampak pada ciri :
a.       Disiplin diri;
b.      Pembelajaran diasumsikan sebagai makhluk yang rasional dan memiliki jiwa;
c.       Penekanan pada membaca,menulis,dan penugasan;
d.      Menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi.ciri dalam kurikulumnya adalah :
-          Lebih menekankan kemampuan untuk menguasai membaca,menulis dan berhitung ;
-          Kelas berikutnya lebih menekankan kemampuan berpikir elit;
-          Pemberian keterampilan tangan untuk anak yang kurang berbakat;
-          Pemberian keterampilan tangan untuk anak yang kurang berbakat;
-          Lebih banyak pengunaan buku.

Esensialisme,yang dikembangkan oleh William c bagley tahun 1938,materi penguasaan informasi dan keterampilan.terdapat tiga prinsip esensialisme,yaitu penguasaan informasi utama,kerja keras,pembelajaran yang menekankan pada guru.pandangan utama : 
1.      Kembali ke basic;
2.      Tidak menekankan pada pengajaran kebenaran hakiki;
3.      Merangsang pembelajaran agar murid menjadi produktif untuk saat ini;
4.      Informasi akan berubah dan berkembang.ciri focus belajarnya mengarah pada :
a.    Pengjaran budaya yang diturunkan;
b.   Mengembangkan warga Negara yang baik
c.    Menekankan pada keterampilan dan keterampilan hakiki;
d.   Menekankan pada kegemaran dan disiplin mental;
e.    Penghargaan pada otoritas dalam situasi belajar terstruktur.ciri belajarnya berfokus pada :
-       Sekolah adalah tempat terbaik untuk mempelajari materi yang ingin diketahui anak dan guru sumber terbaik dalam mengajar segi-segi yang bersifat esensil;
-       Fungsi guru sebagai penutur pengetahuan;
-       Fungsi murid yaitu belajar.sedangkan ciri kurikulumnya :
·            Penekanan pada symbol dan isi terutama yang berhubungan dengan hokum alam,kebenaran dan dunia fisik;
·            Literlatur, sejarah, bahasa asing dan agama.
·            Pembelajaran menggunakan ceramah,bahasa bacaan,megingat,penugasan dan pengujian;
·            Kebenaran didefinisikan sesuatu yang dapat dilihat
·            Mata pelajaran inti dari pendidikan;
·            Sekolah adalah pemeliharaan pengetahuan.

Behaviorisme dengan visi utama melakukan control atas lingkungan dan memiliki dampak pada pengontrolan perilaku individu.teori ini dikembangkan oleh BF Skinner (1904-1990) yang diikuti Pavlov. Perilaku individu.menurut teori ini dapat dilihat dari respon pada perangsang dari luar.kelompok ini memiliki pendapat pula bahwa perilaku individu yang salah dapat diubah dengan cara melakukan perubahan pada lingkungan.setiap orang akan berusaha mengolah pengalaman dan rangsangan yang tidak sesuai dan senantiasa mencari dan mendapatkan pengalaman yang sifatnya sesuai dan memiliki penghargaan tertentu.fokus perhatian dalam belajar,yakni :
1.            Perilaku ditentukan oleh lingkungan bukan di sebabkan oelh keturunan;
2.            Lingkungan belajar terstruktur dengan baik;
3.            Kurikulum berdasar pada perilaku yang objektif;
4.            Pengetahuan memiliki keterbatasan pada perilaku yang bisa dilihat.ciri kurikulumnya :
a.       Menguasai kenyataan;
b.      Bukti empiric merupakan sesuatu yang utama,menggunakan metode ilmu pengetahuan;
c.       Mengembangkan lingkungan pembelajaran yang mampu menempa perilaku siswa, dengan cara memberikan penghargaan dan motivasi untuk dilanjutkan. sedangkan ciri penguatannya antara lain:
o    penguatan positif dan negative
o    ada keyakinan bahwa penguatan yang negative tidak terlalu efektif.
o    Adanya hukuman
o    Dikeluarkan dari sekolah
o    Tidak memperhatikan penyebab dari permasalahan yang dihadapi siswa.
o    Mencari penyebab yang terjadi dalam lingkungan sekolah dan menggantinya dalam upaya melakukan perubahan perilaku siswa.

Aliran filsafat progresivisme dikembangkan oleh Pierce (1939-1914). Progresivisme mendasarkan diri pada kemampuan manusia untuk melakukan penyesuaian pada perubahan. Pengembangan berikutnya antara lain Alvin Toffler, yang membagi tiga gelombang jaman yaitu:
1.         Pertanian
2.         Industry
3.         Informasi
Panteori lain yaitu William James (1842-1914) melalui teori kebenaran yang diartikan:
1.         Makna dan nilai hanya bisa ditemukan dalam kenyataan atau praktek
2.         Kepuasan dari gagasan amat tergantung pada keseluruhan kebenaran

Rekonstruktivisme yang ditemukan oleh Counts, Rugg, dan Bramed merupakan perkembangan dari progresivisme dengan penekanan utama pada hubungan antara guru dan murid dan metodologi mengajar. Penekanan pada rekonstruktivisme adalah kebutuhan dari murid dan mengembangkan tujuan jangka panjang dari masyarakat. Rekonstruktivisme juga mengembangkan keteraturan sosial baru dalam upaya mengisi kehidupan yang demokratis. Manusia dapat melakukan control atas lembaga dan sumber dengan dasar pelaksanaan demokrasi internasional.

Aliran filsafat humanisme didasarkan pada tulisan Jean Jacques Rousseau (1917-1779). Emile dan Rousseau menekankan bahwa tuhan membuat semuanya serba baik, manusia berada di tengah-tengah. Manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan terlahir dalam keadaan fitrah. Manusia menjadi buruk karena pengaruh organisasi. Menolak pembelajaran yang didasarkan pada kelompok dan memiliki keyakinan bahwa sekolah umumnya kurang memperhatikan pada pengembangan individu dan hubungan yang harmonis antara murid dengan guru.

Konstruktivisme mendasarkan pada pengalaman langsung, belajar mengajar secara aktif. Melihat siswa sebagai pihak yang aktif harus dikembangkan peluangnya dalam mengkonstruksi bidang pemikiran. Kebenaran adalah sesuatu yang aktif dikonstruksi berdasarkan makna perorangan dan bukan yang dibentuk oleh pihak lain. Merangsang pemikiran yang kritis. Pemahaman mengenai ide yang besar dan bukan pada kenyataan factual. Lebih menekankan pada bagaimana belajar daan bukan bagaimana penguasaan fakta. Karena sifat-sifatnya ini maka sekolah yang ada saat ini maka sekolah yang ada saat ini tidak sesuai dengan teori konstruktivisme. Secara umum spectrum teori pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut:2
















Rounded Rectangle: Berpusat pada guru dan mata pelajaran


Rounded Rectangle: Berpusat pada murid, diri serta masyarakat


Text Box: parenialisme



Text Box: Sosial rekonstruksionisme




Text Box: esensialisme



Text Box: eksistesialisme




Text Box: progresivisme



Text Box: kontinu



Text Box: 2. Muhammad ali, dkk. Ilmu dan aplikasi pendidikan. (UPI: PT. IMTIMA.2007)
 



















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Pendekatan teoritis yang dapat digunakan untuk membahas pendidikan melalui sosiologi yaitu:
1.      Teori funsionalisme yang merujuk teori struktur-fungsionalisme, konsensus, dan equilibrium, didasari oleh asumsi bahwa lembaga sosial yang ada di masyarakat merupakan bagian dari masyarakat dan memiliki ketergantungan satu sama lain
2.      Teori konflik didasari assumsi bahwa ketegangan yang terdapat di dalam masyarakat diciptakan oleh adanya kompetisi kepentingan individu dan kelompok
3.      Teori interaksi mempunyai pendekatan ditingkat mikro yang dilandasi oleh asumsi bahwa kehidupan sosial hanya bermakna pada tingkat individu atau interaksi sosial

Pendekatan dan teori antropologi pendidikan dapat dilihat dari dua kategori diantaranya:
1.      Pendekatan teori antropologi pendidikan yang bersumber dari antropologi budaya
2.      Pendekatan teori pendidikan yang bersumber dari filsafat



DAFTAR PUSTAKA

Eliza Ebbe. Pendekatan dan Teori Sosiologi Antropologi Pendidikan. Dalam http://www.academia.edu/3753183/Pendekatan_dan_teori_sosiologi_antropologi_pendidikan. Diakses tanggal 11 September 2015.
Muhammad Ali, dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. UPI: PT. IMTIMA
Taufik rohmah dhohiri, dkk. 2007. Sosiologi 1. Bandung: Anggota Ikapi

Baca juga :


PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN



Demikianlah Artikel PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

Sekianlah artikel PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. Sampai jumpa di postingan artikel lainnya.


Anda sekarang membaca artikel PENDEKATAN DAN TEORI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PENDIDIKAN
Link : https://gurusekolahbaru.blogspot.com/2016/05/pendekatan-dan-teori-sosiologi.html

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.